|
UJI KUANTITAS FORMALIN PADA IKAN SEGAR
Aulia Yuaninda
4443121312
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
ABSTRACT
Formalin is an aldehyde compound resulting from the
reaction of methanol oxidation with silver catalyst at temperatures of 600
high-7000C.konsentrasi in the body can cause a chemical reaction with almost
all substances in the cell, thereby suppressing cell function and cause organ
damage. Practicum was held on Friday, June 13, 2014 at 13:00 pm until finished
which is housed in the Laboratory TPHP, aims to determine the formaldehyde
content in fresh fish are kuantitas.Hasil that we get after testing the borax
content in processed fishery products around campus all negative containing
borax. It was concluded that fresh fish were observed to have niali high
formaldehyde content exceeds the value of the concentration of formaldehyde of
3.75.
Keywords: Formalin, Fresh, Quantitative
ABSTRAK
Formalin
merupakan senyawa aldehid yang dihasilkan dari reaksi oksidasi methanol dengan
katalis perak pada temperature 600-7000C.konsentrasi
yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan reaksi secara kimia dengan hamper
semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kerusakan
organ tubuh. Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 13 Juni 2014 pada pukul
13:00 WIB sampai selesai yang bertempat di Laboratorium TPHP, bertujuan untuk mengetahui kandungan formalin pada
ikan segar secara kuantitas.Hasil yang
kami dapatkan setelah menguji kandungan boraks pada produk olahan hasil
perikanan sekitar kampus semuanya negatif mengandung boraks. Dapat disimpulkan
bahwa ikan segar yang diamati memiliki niali kandungan formalin yang tinggi
melebihi nilai konsentrasi formalin 3,75.
Kata Kunci : Formalin,
Kuantatif, Segar
PENDAHULUAN
Formalin adalah
larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin adalah larutan
formaldehid 37% dalam air apabila diencerkan dinamai formalin dan harus
dinyatakan kadarnya, misalnya formalin yang diencerkan dengan air yang sama
volumenya, dinamai larutan formalin 50%, berarti kadar formaldehidnya 18,5%
dengan demikian pemakaian istilah larutan formalin harus dinyatakan kadarnya,
misalnya larutan formalin 50%, larutan formalin 25% dan sebagainya (Juvai dan
Nasni, 2008). Formalin yang tidak lain larutan formaldehid dalam air, merupakan
bahan pengawet yang membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Beberapa
hasil menunjukkan bahwa formalin atau formaldehid dapat menyebabkandampak akut
sepertiiritasi(Hore et. al.,1976 dalam Wikanto, 2010).
Formalin adalah nama
dagang untuk larutan formaldehida dalam air dengan kadar 30-40%. Formaldehida
merupakan aldehida yang paling sederhana dengan rumus HCHO. Formaldehida mudah
menguap karena titik didihnya 21 0c. Pada suhu ruang formaldehida berbentuk gas
(Aprilianti et al., 2007). Penentuan titik kritis dilakukan karena tidak semua
titik bahaya yang dijumpai berpengaruh buruk terhadap mutu pangan yang
dihasilkan. Alur proses yang baik dicirikan dengan adanya aktivitas untuk
mengatasi bahaya yang mungkin timbul pada sebelumnya, sebagai contoh bahaya
yang ditimbulkan dari keberadaan mikroba pada ikan yang akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan ikan kaleng bukan merupakan titik kritis
(Afrianto, 2008).
Pada tahun 2006 BPOM
melakukan penelitian pada jajanan anak sekolah dasar di 26 ibu kota propinsi di
Indonesia, dengan jumlah sampel sebanyak 2903 sampel. Pengambilan sampel dilakukan
terhadap beberapa jenis jajanan, yaitu sirup, jeli, agar-agar es mambo,
lolipop, mie instant, bakso, dll. Dari penelitian ini sebanyak 6% mie
menggunakan boraks (Rahmanita, 2011).
Penggunaan pengawet
pada bahan makanan sampai ini masih banyak dijumpai. Terutama penggunaan
formalin sebagai pengawet bahan makanan seperti tahu, bakso, kerupuk, ikan
kering, ikan laut yang pada umumnya dapat menyebabkan keracunan pada tubuh
manusia. berdasarkan beberapa penelitian disimpulkan bahwa formalin tergolong
sebagai karsinogen, yaitu senyawa yang dapat menyebabkan timbulnya kanker, oleh
karena itu senyawa formalin tidak boleh digunakan dalam makanan maupun minuman
(Elmatris,2007). Identifikasi keberadaan formaldehida pada bahan pangan,
termasuk ikan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Jika pada uji
kualitatif hasilnya positif maka akan dilanjutkan dengan pengujian secara
kuantitatif memakai spektrofotometer. Pada uji kualitatif produk yang akan
mengandung formalin akan ditunjukan dengan berubahnya warna air dan bening
menjadi merah muda hingga ungu. Semakin ungu berarti kadar formalin makin
tinggi (Hastuti, 2010).
Bahaya Penggunaan Formalin
Formalin merupakan
senyawa aldehid yang dihasilkan dari reaksi oksidasi methanol dengan katalis
perak pada temperature 600-7000C.konsentrasi
yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan reaksi secara kimia dengan hamper
semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kerusakan
organ tubuh. Kerusakan di dalam sel karena formalin mengkoagulasi protein yang
terdapat pada protoplasma dan nucleus(Saraswati et. al.,2012). Formaldehida yang
terhirup lewat pernapasan (inhalasi) akan segera diabsorbsi ke paru dan
menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala rintis, rasa terbakar, dan
laktimasi (keluar air mata dan pada dosis yang lebih tinggi bisa buta),
bronchitis edomopulmonalis atau pneumonia karena dapat mengecilkan bronchus dan
menyebabkan akumulasi cairan di paru (Artha, 2007).
Bahaya formalin
dalam jangka pendek(akut) adalah apabila tertelan maka mulut, tenggorokan, dan
perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan
terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi(tekanan
darah rendah), kejang,tidak segar hingga koma(Ayudiah, 2007).
Ciri-Ciri Produk Berformalin
Pemakaian formalin bnyak disalahgunakan dan sering digunakan sebagai
pengawet bahan makanan, banyak bahan pangan yang direndam dengan larutan
formalin sehingga produk makanan menjadi kaku, keras dan tidak rusak kalau
disimpan dalam waktu lama tetapi mereka tidak mengetahui bahwa protein yang
terdapat pada bahan pangan akan bereaksi dirusak oleh formalin sehingga mutu
bahan makanan tersebut akan berkurang (Jivai dan Nasni, 2008).
Menurut Teddy (2007), selain bakso terdapat sejimlah produk pangan lainnya
yang secara sengaja ditambahkan formalin sebagai pengawet. Tanda-tanda bahan
pangan yang mengandung formalin adalah sebagai berikut:
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan formalin pada ikan
segar secara kuantitas.
METODOLOGI
Praktikum Biologi
Kimia Hasil perairan yang berjudul “UJI
KUANTITAS FORMALIN PADA IKAN SEGAR” dilaksanakan
pada hari jum’at tanggal 13
Juni 2014 pada pukul 13:00 WIB sampai selesai yang
bertempat di Laboratorium TPHP Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang – Banten.
Alat yang
digunakan pada praktikum Biokim yang berjudul “UJI KUANTITAS FORMALIN PADA IKAN SEGAR” adalah
Tabung reaksi yang digunakan untuk tempat menyimpan larutan-larutan, meja
tabung reaksi yang digunakan untuk menaruh tabung reaksi, pipet ruber bulb yang
digunakan untuk mengambil bahan yang dicobakan, kompor gas yang digunakan untuk
memanaskan air, ulekan yang dipakai untuk menghaluskan bahan yang ingin di
ujikan, sentrifus berfungsi sebagai alat pemisah antara ampas dengan air
ekstraksi ikan segar berformalin. Bahan yang digunakan adalah ikan segar yang
mengansung formalin, aquades, formalin, lrutan standar, dan blakon.
Siapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan, haluskan ikan segar yang positif mengandung formalin
kemudian haluskan daging ikan tersebut lalu timbang daging ikan halus sebanyak
1 gram kemudian masukan 9 ml air kemudian homogenkan setelah itu masukan bahan
uji pada botol sentrifus kemudian masukan pada sentrifus untuk memisahkan ampas
dengan air ekstraknya kemudian ambil sampel yang sudah terpisah antara ampas
dengan air sebanyak 1 ml jangan sampai daging atau ampas yang sudah terpisah
terambil karena dapat menimbulkan kegagalan lalu tambahkan 1 ml aquades dan 2
ml pereaksi nash kemudian homogenkan setelah homogen panaskan pada suhu 37oC
lalu lakukan spektrofotometri lalu baca absorbannya.
Diagram alir
1
gram ikan halus + 9 ml air
Sentrifus
1
ml sampel + 1 ml aquades + 2 ml pereaksi nash
Homogenkan
Panaskan
pada suhu 37oC
Baca Absorbannya
Gambar 1. Diagram kerja kuantitatif ikan segar
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Dari
praktikum Biologi kimia hasil perairan yang berjudul “UJI
KUANTITAS FORMALIN PADA IKAN SEGAR” didapatkan hasil dari pengamatan
yang dilakukan yaitu disusun sebagai tabel berikut ini:
No
|
Nama Ikan
|
Absorban Sampel
|
Absorban
Larutan Formalin
|
Konsentrasi
Larutan Formalin
|
1
|
Ikan
Tembang
|
0,077
|
0,001
|
0,75
|
2
|
Ikan
Tempurungan
|
0,349
|
0,002
|
1,5
|
3
|
Ikan
Tongkol
|
0,125
|
0,006
|
2,25
|
4
|
Ikan
Ayam-ayaman
|
0,069
|
0,003
|
3
|
5
|
Ikan
Ekor Kuning
|
0,067
|
0,032
|
3,75
|
6
|
Ikan
Kurisi
|
0,049
|
Kontrol
|
Kontrol
|
Tabel 1. Hasil Pengamatan
kuantitatif kandungan formalin
Pada uji kuantitatif kandungan formalin pada ikan segar
yang dibeli dari pasar-pasar yang ada didaerah Banten, beberapa mengandung
formalin sehingga kami melakukan uji lanjut untuk mengetahui nilai dari protein
yang terkandung dalam ikan segar yang didapatkan. Hasil yang kami dapatkan
menujukan bahwa semua ikan memiliki nilai diatas konsentrasi larutan formallin
3,375 yaitu 0,032 dapat dikatakan kandungan formalin sangat besar dan tidak
aman untuk dikonsumsi. Ada beberapa kemungkinan yang bisa dikatakan yaitu terjadi
kesalahan dalam pembuatan atau dalam prosedur kerja yang dilakukan sehingga
mendapatkan nilai yang sedikit atau banyak melenceng.
KESIMPULAN
Pada pengujian kuantitas kandungan formalin pada ikan segar ini dapat
disimpulkan bahwa ikan-ikan yang diamati memiliki kandungan formalin yang
sangat tinggi melebihi dari nilai konsentrasi larutan formalin yang sangat
tinggi pada praktikum kali ini yaitu sebesar 3,75 yang memiliki nilai absorbannya
yaitu 0,032, kandungan formalin yang tinggi ini tidak baik untuk dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi,
Wisnu, 2006, Analisis dan
Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, 58, Bumi Aksara, Jakarta.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta
: PT. Gramedia.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin
Supriyanti.(2005). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia-Press
Rohman, A. 2007. Kimia
Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka
Pelajar. Yogyakarta
Svehla, G, diterjemahkan oleh
Ir.L.Setiono.1979. VOGEL, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro
dan Semimikro, Bagian I dan II. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
LAMPIRAN
|
|
Siapkan
alat dan bahan
|
Timbang sampel ikan
sebanyak 1 gram
|
|
|
Masukkan
9 aquades ke dalam tabung bulb dan 1 ml sampel
|
Homogenkan
keebdua larutan tersebut
|
|
|
Masukkan
ke dalam sentrifus
|
Nyalakan
selama 10 menit
|
|
|
Nyalakan kompor elektrik, dengan suhu 37oC
|
Setelah
diangkat dari sentrifus
|
|
|
Masukkan 1 ml aquades ke dalam tabung reaksi
|
Masukkan
1 ml sampel yang sudah dihomogenkan
|
|
|
Masukkan 2 ml pereaksi Nash
|
Masukkan
ke dalam spektrofometri, lihat hasil nya didalam tabel
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar