Jumat, 21 November 2014

Uji kuantitas Formalin Pada Ikan Segar


          Serang, 13 Juni 2014
         Praktikum Biokimia Hasil Perairan


 
  

UJI KUANTITAS FORMALIN PADA IKAN SEGAR

Aulia Yuaninda
4443121312

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
ABSTRACT
Formalin is an aldehyde compound resulting from the reaction of methanol oxidation with silver catalyst at temperatures of 600 high-7000C.konsentrasi in the body can cause a chemical reaction with almost all substances in the cell, thereby suppressing cell function and cause organ damage. Practicum was held on Friday, June 13, 2014 at 13:00 pm until finished which is housed in the Laboratory TPHP, aims to determine the formaldehyde content in fresh fish are kuantitas.Hasil that we get after testing the borax content in processed fishery products around campus all negative containing borax. It was concluded that fresh fish were observed to have niali high formaldehyde content exceeds the value of the concentration of formaldehyde of 3.75.

Keywords: Formalin, Fresh, Quantitative
ABSTRAK
Formalin merupakan senyawa aldehid yang dihasilkan dari reaksi oksidasi methanol dengan katalis perak pada temperature 600-7000C.konsentrasi yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan reaksi secara kimia dengan hamper semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kerusakan organ tubuh. Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 13 Juni 2014 pada pukul 13:00 WIB sampai selesai yang bertempat di Laboratorium TPHP, bertujuan untuk mengetahui kandungan formalin pada ikan segar secara kuantitas.Hasil yang kami dapatkan setelah menguji kandungan boraks pada produk olahan hasil perikanan sekitar kampus semuanya negatif mengandung boraks. Dapat disimpulkan bahwa ikan segar yang diamati memiliki niali kandungan formalin yang tinggi melebihi nilai konsentrasi formalin 3,75.
                                                                                        
Kata Kunci :  Formalin, Kuantatif, Segar
PENDAHULUAN
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Formalin adalah larutan formaldehid 37% dalam air apabila diencerkan dinamai formalin dan harus dinyatakan kadarnya, misalnya formalin yang diencerkan dengan air yang sama volumenya, dinamai larutan formalin 50%, berarti kadar formaldehidnya 18,5% dengan demikian pemakaian istilah larutan formalin harus dinyatakan kadarnya, misalnya larutan formalin 50%, larutan formalin 25% dan sebagainya (Juvai dan Nasni, 2008). Formalin yang tidak lain larutan formaldehid dalam air, merupakan bahan pengawet yang membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Beberapa hasil menunjukkan bahwa formalin atau formaldehid dapat menyebabkandampak akut sepertiiritasi(Hore et. al.,1976 dalam Wikanto, 2010).
Formalin adalah nama dagang untuk larutan formaldehida dalam air dengan kadar 30-40%. Formaldehida merupakan aldehida yang paling sederhana dengan rumus HCHO. Formaldehida mudah menguap karena titik didihnya 21 0c. Pada suhu ruang formaldehida berbentuk gas (Aprilianti et al., 2007). Penentuan titik kritis dilakukan karena tidak semua titik bahaya yang dijumpai berpengaruh buruk terhadap mutu pangan yang dihasilkan. Alur proses yang baik dicirikan dengan adanya aktivitas untuk mengatasi bahaya yang mungkin timbul pada sebelumnya, sebagai contoh bahaya yang ditimbulkan dari keberadaan mikroba  pada ikan yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan ikan kaleng bukan merupakan titik kritis (Afrianto, 2008).
Pada tahun 2006 BPOM melakukan penelitian pada jajanan anak sekolah dasar di 26 ibu kota propinsi di Indonesia, dengan jumlah sampel sebanyak 2903 sampel. Pengambilan sampel dilakukan terhadap beberapa jenis jajanan, yaitu sirup, jeli, agar-agar es mambo, lolipop, mie instant, bakso, dll. Dari penelitian ini sebanyak 6% mie menggunakan boraks (Rahmanita, 2011).
Penggunaan pengawet pada bahan makanan sampai ini masih banyak dijumpai. Terutama penggunaan formalin sebagai pengawet bahan makanan seperti tahu, bakso, kerupuk, ikan kering, ikan laut yang pada umumnya dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. berdasarkan beberapa penelitian disimpulkan bahwa formalin tergolong sebagai karsinogen, yaitu senyawa yang dapat menyebabkan timbulnya kanker, oleh karena itu senyawa formalin tidak boleh digunakan dalam makanan maupun minuman (Elmatris,2007). Identifikasi keberadaan formaldehida pada bahan pangan, termasuk ikan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Jika pada uji kualitatif hasilnya positif maka akan dilanjutkan dengan pengujian secara kuantitatif memakai spektrofotometer. Pada uji kualitatif produk yang akan mengandung formalin akan ditunjukan dengan berubahnya warna air dan bening menjadi merah muda hingga ungu. Semakin ungu berarti kadar formalin makin tinggi (Hastuti, 2010).
Bahaya Penggunaan Formalin
Formalin merupakan senyawa aldehid yang dihasilkan dari reaksi oksidasi methanol dengan katalis perak pada temperature 600-7000C.konsentrasi yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan reaksi secara kimia dengan hamper semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kerusakan organ tubuh. Kerusakan di dalam sel karena formalin mengkoagulasi protein yang terdapat pada protoplasma dan nucleus(Saraswati et. al.,2012). Formaldehida yang terhirup lewat pernapasan (inhalasi) akan segera diabsorbsi ke paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala rintis, rasa terbakar, dan laktimasi (keluar air mata dan pada dosis yang lebih tinggi bisa buta), bronchitis edomopulmonalis atau pneumonia karena dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru (Artha, 2007).
Bahaya formalin dalam jangka pendek(akut) adalah apabila tertelan maka mulut, tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi(tekanan darah rendah), kejang,tidak segar hingga koma(Ayudiah, 2007).
Ciri-Ciri Produk Berformalin
Pemakaian formalin bnyak disalahgunakan dan sering digunakan sebagai pengawet bahan makanan, banyak bahan pangan yang direndam dengan larutan formalin sehingga produk makanan menjadi kaku, keras dan tidak rusak kalau disimpan dalam waktu lama tetapi mereka tidak mengetahui bahwa protein yang terdapat pada bahan pangan akan bereaksi dirusak oleh formalin sehingga mutu bahan makanan tersebut akan berkurang (Jivai dan Nasni, 2008).
Menurut Teddy (2007), selain bakso terdapat sejimlah produk pangan lainnya yang secara sengaja ditambahkan formalin sebagai pengawet. Tanda-tanda bahan pangan yang mengandung formalin adalah sebagai berikut:
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kandungan formalin pada ikan segar secara kuantitas.
METODOLOGI
Praktikum Biologi Kimia Hasil perairan yang berjudul “UJI KUANTITAS FORMALIN PADA IKAN SEGAR” dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 13 Juni 2014 pada pukul 13:00 WIB sampai selesai yang bertempat di Laboratorium TPHP Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang – Banten.
Alat yang digunakan pada praktikum Biokim yang berjudul “UJI KUANTITAS FORMALIN PADA IKAN SEGAR” adalah Tabung reaksi yang digunakan untuk tempat menyimpan larutan-larutan, meja tabung reaksi yang digunakan untuk menaruh tabung reaksi, pipet ruber bulb yang digunakan untuk mengambil bahan yang dicobakan, kompor gas yang digunakan untuk memanaskan air, ulekan yang dipakai untuk menghaluskan bahan yang ingin di ujikan, sentrifus berfungsi sebagai alat pemisah antara ampas dengan air ekstraksi ikan segar berformalin. Bahan yang digunakan adalah ikan segar yang mengansung formalin, aquades, formalin, lrutan standar, dan blakon.
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, haluskan ikan segar yang positif mengandung formalin kemudian haluskan daging ikan tersebut lalu timbang daging ikan halus sebanyak 1 gram kemudian masukan 9 ml air kemudian homogenkan setelah itu masukan bahan uji pada botol sentrifus kemudian masukan pada sentrifus untuk memisahkan ampas dengan air ekstraknya kemudian ambil sampel yang sudah terpisah antara ampas dengan air sebanyak 1 ml jangan sampai daging atau ampas yang sudah terpisah terambil karena dapat menimbulkan kegagalan lalu tambahkan 1 ml aquades dan 2 ml pereaksi nash kemudian homogenkan setelah homogen panaskan pada suhu 37oC lalu lakukan spektrofotometri lalu baca absorbannya.
Diagram alir
1 gram ikan halus + 9 ml air
Sentrifus
1 ml sampel + 1 ml aquades + 2 ml pereaksi nash
Homogenkan
Panaskan pada suhu 37oC
Baca Absorbannya
Gambar 1. Diagram kerja kuantitatif ikan segar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum Biologi kimia hasil perairan yang berjudul “UJI KUANTITAS FORMALIN PADA IKAN SEGAR” didapatkan hasil dari pengamatan yang dilakukan yaitu disusun sebagai tabel berikut ini:
No
Nama Ikan
Absorban Sampel
Absorban Larutan Formalin
Konsentrasi Larutan Formalin
1
Ikan Tembang
0,077
0,001
0,75
2
Ikan Tempurungan
0,349
0,002
1,5
3
Ikan Tongkol
0,125
0,006
2,25
4
Ikan Ayam-ayaman
0,069
0,003
3
5
Ikan Ekor Kuning
0,067
0,032
3,75
6
Ikan Kurisi
0,049
Kontrol
Kontrol
Tabel 1. Hasil Pengamatan kuantitatif kandungan formalin
Pada uji kuantitatif kandungan formalin pada ikan segar yang dibeli dari pasar-pasar yang ada didaerah Banten, beberapa mengandung formalin sehingga kami melakukan uji lanjut untuk mengetahui nilai dari protein yang terkandung dalam ikan segar yang didapatkan. Hasil yang kami dapatkan menujukan bahwa semua ikan memiliki nilai diatas konsentrasi larutan formallin 3,375 yaitu 0,032 dapat dikatakan kandungan formalin sangat besar dan tidak aman untuk dikonsumsi. Ada beberapa kemungkinan yang bisa dikatakan yaitu terjadi kesalahan dalam pembuatan atau dalam prosedur kerja yang dilakukan sehingga mendapatkan nilai yang sedikit atau banyak melenceng.
KESIMPULAN
Pada pengujian kuantitas kandungan formalin pada ikan segar ini dapat disimpulkan bahwa ikan-ikan yang diamati memiliki kandungan formalin yang sangat tinggi melebihi dari nilai konsentrasi larutan formalin yang sangat tinggi pada praktikum kali ini yaitu sebesar 3,75 yang memiliki nilai absorbannya yaitu 0,032, kandungan formalin yang tinggi ini tidak baik untuk dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, Wisnu, 2006, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, 58, Bumi Aksara, Jakarta.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar.  Jakarta : PT. Gramedia.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti.(2005). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia-Press
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Svehla, G, diterjemahkan oleh Ir.L.Setiono.1979. VOGEL, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Bagian I dan II. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.

LAMPIRAN
Foto1037
Foto1026
Siapkan alat dan bahan
Timbang sampel ikan sebanyak 1 gram
Foto1029
Foto1033
Masukkan 9 aquades ke dalam tabung bulb dan 1 ml sampel
Homogenkan keebdua larutan tersebut
Foto1034
Foto1036
Masukkan ke dalam sentrifus
Nyalakan selama 10 menit
Foto1038
Foto1039
Nyalakan kompor elektrik, dengan suhu 37oC
Setelah diangkat dari sentrifus
Foto1041
Foto1042
Masukkan 1 ml aquades ke dalam tabung reaksi
Masukkan 1 ml sampel yang sudah dihomogenkan
Foto1044
Foto1047
Masukkan 2 ml pereaksi Nash
Masukkan ke dalam spektrofometri, lihat hasil nya didalam tabel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar