Jumat, 21 November 2014

Bacillus sp


Bacillus sp.
     Umumnya bakteri ini merupakan mikroorganisme sel tunggal, berbentuk batang pendek (biasanya rantai panjang). Mempunyai ukuran lebar 1,0-1,2 ?m dan panjang 3-5 ?m. Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Adapun suhu pertumbuhan maksimumnya yaitu 30-50oC dan minimumnya 5-20oC dengan pH pertumbuhan 4,3-9,3. Bakteri ini mempunyai kemampuan dalam mendegradasi minyak bumi, dimana bakteri ini menggunakan minyak bumi sebagai satu-satunya sumber karbon untuk menghasilkan energi dan pertumbuhannya. Pada konsentrasi yang rendah, bakteri ini dapat merombak hidrokarbon minyak bumi dengan cepat.  Jenis Bacillus sp. yang umumnya digunakan seperti Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Bacillus laterospor.
      
     Selain dari golongan bakteri, mikroba pendegradasi hidrokarbon juga dapat dilakukan oleh fungi. Fungi pendegradasi hidrokarbon  umumnya  berasal dari genus Phanerochaete, Cunninghamella, Penicillium, Candida, Sporobolomyces, Cladosporium. Jamur dari genus ini mendegradasi hidrokarbon polisiklik aromatik. Jamur Phanerochaete chrysosporium mampu mendegradasi berbagai senyawa hidrofobik pencemar tanah yang persisten. Adapun oksidasi dan pelarutan hidrokarbon polisiklik aromatik oleh Phanerochaete chrysosporium menggunakan enzim lignin peroksidase.  Bila terdapat H2O2, enzim lignin peroksidase yang dihasilkan akan menarik satu elektron dari PAH yang selanjutnya membentuk senyawa kuinon yang merupakan hasil metabolisme. Cincin benzena yang sudah terlepas dari PAH selanjutnya dioksidasi menjadi molekul-molekul lain dan digunakan oleh sel mikroba sebagai sumber energi misalnya CO2. 
     Jamur dari golongan Deuteromycota (Aspergillus niger, Penicillium glabrum, P. janthinellum, Zygomycete, Cunninghamella elegans ), Basidiomycetes (Crinipellis stipitaria) diketahui juga dapat mendegradasi hidrokarbon polisiklik aromatik. Sistem enzim monooksigenase Sitokrom P-450 pada jamur ini memiliki kemiripan dengan sistem yang dimiliki mamalia.  Adapun langkah-langkahnya yaitu pembentukan monofenol, difenol, dihidrodiol dan quinon dan terbentuk gugus tambahan yang larut air (misalnya sulfat, glukuronida, ksilosida, glukosida). Senyawa ini merupakan hasil detoksikasi pada jamur dan mamalia.
Penyakit ice-ice adalah salah satu penyebab utama penurunan produksi rumput laut tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Filipina dan beberpa negara penghasil rumput laut lainnya. untuk mengetahui penyebab penyakit tersbut di indonesia, telah dilakukan eksperimen di laboratorium dengan menggunakan rumput laut sehat yang telah diaklimatisasi dan 8 isolat bakteri mikroflora rumput laut. Selama pengujian, K. alvarezii ditumbuhkan dalam erlenmeyer berisi air laut steril selama 2 minggu. Inkubasi dilakukan dalam shaker incubator dengan pencahyaan 12 jam gelap dan 12 jam terang. Hasil pengujian patogenitas 8 isolat terhadap K. alverezii menunjukkan bahwa 5 isolat dapat menimbulkan gejala penyakit ice-ice. Bakteri tersebut adalah Bacillus cereus, Vibrio granii, v. agarliquefaciens Pseudomonas nigrifaciensdn P.fluorescens. B. cereus memiliki daya patogenitas tertinggi.
Bacillus sp termasuk kedalam family Bacillaceae. Untuk bakteri Bacillus cereus sendiri merupakan bakteri gram positif, bersifat aerobik, dan mampu membentuk spora yang dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun produk pangan (Tay, et al., 1982). Spora dari jenis bakteri ini tahan terhadap panas dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan mampu membentuk kecambah dalam larutan yang mengandung NaOH dan HCL (Vecci dan Drago, 2006). 

Bakteri Bacillus cereus memiliki nilai waktu generasi dan konstanta laju pertumbuhan sebesar 18 menit dan 2,27 jam-1 yang diidentifikasi pada lumpur hasil pengolahan limbah cat (Dwipayana dan Ariesyady, 2009). Hasil penelitian uji kemampuan bakteri ini dapat menurunkan kadar ion sulfida dalam limbah cair setelah IPAL dengan metode turbidimetri dan gravimetri yaitu sebesar 39,39% dan 33,23%.

Strain dari bakteri Bacillus cereus dapat digunakan untuk mendegradsai deterjen seperti SDS (sodium dodecyl sulfate) menjadi dodecan-1-ol dan menunjukkan kemampuan yang cukup besar (43%) pada medium yang diperkaya dengan SDS 10 mg/ml (Singh, et al., 1998). Penelitian yang dilakukan Wulan, et al. (2006) pada sejumlah bakteri pendegradasi surfaktan yaituBacillus cereus, Bacillus subtilis, Bacillus aglomerans, Bacillus alva, dan Pseudomonas aeroginosa dapat bertahan sampai konsentrasi 1500 ppm di dalam LAS. Konsentrasi LAS diatas 513,98 ppm menunjukkan tegangan permukaan telah mencapai titik minimum dan mulai stabil. 

Sumber :
Dwipayana dan H.D. Ariesyady. Identification of Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint Sludge by Conventional Microbiological Technique. Environmental Enggineering Study Program. Bandung. 

Singh, K.L. A. K. and A. Kumar. 1998. Short Communication : Bacillus cereus Capable of Degrading Sds Shows Growth With A Variety of Detergents. World Journal of Microbiology & Biotechnology. 14: 777 – 779. 

Tay, L., K.T. Goh, S.E.Tan. 2008. An Outbreak of Bacillus cereus Food Poisoning. Singapore Medical Journal. 23(04) : 214-217.

Vecchi, E. De and L. Dargo. 2006. Lactobacillus sporogenes or Bacillus coagulans:
Misidentification or Mislabelling?. International Journal of Probiotics and Prebiotics. 3(1):3-10.

Wulan, P., M. Gozan, Anondho., Dianursanti., Mahmud S. 2006. Biodegradation of Linear Alkyl Benzene Sulfonate by Bacterial Consortium. http://www.repository.ui.ac.id//b0841945989cba09517b00af352d6cc37be6a5bd.pdf. Diakses tanggal 25 Agustus 2010. 
http://matakuliahbiologi.blogspot.com/2012/06/bioremediasi.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar