Praktikum Ekologi Perairan
Serang, 20 Desember 2013
PRAKTIKUM
EKOSISTEM MANGROVE DI KARANGANTU BANTEN
Martina Sihombing
JURUSAN
PERIKANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013
Abstrak
Praktikum
ekologi perairan tentang ekosistem mangrove ini adalah praktikum lapangan kedua
yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 7 Desember 2013 pada pukul 07.00 WIB.
Untuk tujuan dari praktikum
lapangan ini adalah mengamati dan membedakan jenis-jenis mangrove, jenis
perakaran mangrove, serta menerapkan metode transek dalam pengambilan data dan
analisa data mangrove di Karangantu, Banten. Pada praktikum ini, wilayah pembagian setiap
stasiun berukuran 10 x 10 meter, setiap satu stasiun tersebut dibagi kembali
dalam 6 plot. Pada plot 1 didapatkan mangrove jenis Rhizhopora apiculata dengan
jumlah anakan 9 berdiameter 2 cm, terdapat benthos jenis Telescopium telescopium. Pada plot 2 didapatkan mangrove
jenis Rhizhophora apiculata dengan jumlah anakan 9 berdiameter 3,3 cm, tidak terdapat
benthos. Pada plot 3 didapatkan mangrove jenis Rhizhophora apiculata dengan
jumlah anakan 12 berdiameter 2,5 cm dan semai 3 cm berdiameter 0,5 cm terdapat
benthos jenis Anadara sp. Pada plot 4 terdapat mangrove jenis Avecennia marina
dengan jumlah anakan 54 berdiameter 3cm, terdapat benthos jenis Anadara sp.
Pada plot 5 terdapat mangrove jenis Rhizhophora stylosa dengan jumlah anakan 8
berdiameter 1,75 cm dan semai 4 berdiameter 0,48 cm tidak terdapat benthos.
Pada plot 6 terdapat mangrove jenis Rhizhophora apiculata dengan jumlah anakan
10 berdiameter 2,4 cm dan semai 1 berdiameter 0,3 cm tidak terdapat benthos.
Parameter fisika yang digunakan adalah suhu, pada perairan mangrove di
karangantu ini didapatkan suhu berkisar 290C.
Kata
Kunci : Ekologi, Mangrove, Parameter Fisika, Plot
PENDAHULUAN
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat
di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Mangrove tumbuh pada pantai yang datar, biasanya di sepanjang sisi pulau
yang terlindung dari angin atau di belakang terumbu karang di lepas pantai yang
terlindung. Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropic yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin atau payau.
Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang
tergolong ke dalam 8 famili dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga yaitu,
Avicennia, Sonneratia, Rhyzophora,
Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras,
Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000). Ekosistem mangrove
dikategorikan sebagai ekosistem yang tinggi produktivitasnya yang memberikan
kontribusi terhadap produktifitas ekosistem pesisir. Dalam hal ini beberapa
fungsi ekosistem mangrove adalah sebagai tempat asuhan (nursery ground), tempat
mencari makan (feeding ground), dapat membantu perluasan daratan ke laut dan
pengolahan limbah organic, dan dapat dimanfaatkan tujuan budidaya ikan
(Lakitan, 1999).
Untuk tujuan dari praktikum lapangan ini adalah
mengamati dan membedakan
jenis-jenis mangrove, jenis perakaran mangrove, serta menerapkan metode transek
dalam pengambilan data dan analisa data mangrove di Karangantu, Banten.
TINJAUN PUSTAKA
Ekosistem
Mangrove
Ekosistem
mangrove sebagai ekosistem peralihan antara darat dan laut telah diketahui
mempunyai bernagai fungsi yaitu sebagai penghasil bahan organic tempat
berlindung berbagai jenis binatang, tempat memijah berbagai jenis ikan dan
udang, sebagai pelindung pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, penghasil
kayu bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan tannin. Masing-masing kawasan pantai
dan ekosistem mangrove memiliki historis perkembangan yang berbeda-beda.
(Soedjarwo, 1979)
Parameter
Fisika
Suhu Perairan
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem
karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada
jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu.
Daerah perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan di
sekitarnya. Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor
elektronis seperti air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan
panas yang secara bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat
minimal.
Parametes
Biologi
Benthos
Bentos merupakan organisme yang
melekat atau beristirahat pada dasar endapan. Bentos dapat dibagi berdasarkan
makananya menjadi pemakan penyaring seperti kerang dan pemakan deposit seperti
siput (E. P. Odum, 1971). Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik
digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan
limbah yang masuk ke habitatnya. Dalam ekosistem perairan, makrozoobentos
berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan
siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi (Montagna et
all, 1989).
METODELOGI
Waktu dan
Tempat
Praktikum lapangan mata kuliah Ekologi Perairan ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 7 Desember 2013 pukul 07.00
sampai dengan pukul 12.00 WIB yang bertempat di Karangantu Serang, Banten oleh
mahasiswa dan mahasiswi Semester III Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum lapangan ekosistem mangrove ini adalah termometer yang digunakan
untuk mengukur suhu perairan, meteran dari plastik/fiberglass 100 m digunakan untuk mengukur diameter
pohon mangrove, kertas lakmus, tali untuk membuat transek garis dan petak contoh 10 x 10 m, paralon yang
berdiameter 3 inchi digunakan untuk
mengambil benthos, kantong plastik untuk koleksi vegetasi (daun, buah, bunga),
label dan alat tulis (lebih baik tahan air) dan data sheet mangrove.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ekosistem mangrove di
lapangan yaitu pertama penentuan stasiun pengamatan, setelah itu tetapkan
transek garis dari arah laut ke arah darat (tegak lurus garis pantai),
selanjutnya sepanjang transek garis letakan secara acak petak contoh (plot) 10
x 10 m, paling sedikit 3 petak contoh, kemudian pada setiap petak contoh
lakukan determinasi jenis tumbuhan mangrove yang ada, hitung jumlah individu
tiap jenis, ukur diameter batang tiap pohon, anakan maupun semai mangrove setinggi dada (1.3 m) setelah itu, ukur suhu pada stasiun pengamatan.
Prosedur kerja yang dilakukan di
laboratorium yaitu mengidentifikasi jenis mangrove yang di dapatkan pada
praktikum lapangan, dengan melihat bunga, buah dan daun, serta mengidentifikasi
jenis benthos yang didapatkan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Observasi
TRANSEK
|
PLOT
|
POHON
|
ANAKAN
|
SEMAI
|
||||||
SP
|
IND
|
DB
|
SP
|
IND
|
DB
|
SP
|
IND
|
DB
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
A
|
9
|
2,
cm
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
A
|
9
|
3,3 cm
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
A
|
12
|
2,5 cm
|
A
|
3
|
0,5 cm
|
|
4
|
-
|
-
|
-
|
C
|
54
|
3,
cm
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
-
|
-
|
-
|
B
|
8
|
1,75 cm
|
B
|
4
|
0,48 cm
|
|
6
|
-
|
-
|
-
|
A
|
10
|
2,4 cm
|
A
|
1
|
0,3 cm
|
Tabel 1. Hasil
Transek Mangrove
Keterangan
:
SP : Kode Jenis Tanaman Mangrove A
(Rhizhophora apiculata)
IND : Jumlah Tegakan Tanaman Mangrove B (Rhizhophora
stylosa)
DB : Diameter Batang Tanaman Mangrove C (Avecenia Marina)
Tabel 2. Hasil
Transek Mangrove
NO. PLOT
|
JENIS
MANGROVE
|
GAMBAR(BUNGA,BUAH,
DAUN)
|
1
2
3
6
|
A
(Rhizophora apiculata)
|
|
4
|
B
(Rhizophora stylosa)
|
|
5
|
C
(Avicennia
marina)
|
|
Parameter Fisika
Suhu
perairan sebesar 29°C
Hasil
Praktikum
Parameter
Biologi
Tabel 3. Hasil Pengamatan Benthos
No.
Plot
|
JUMLAH BENTHOS
|
GAMBAR
|
KLASIFIKASI
|
1
|
1
|
|
Kindom: Animalia
Phylum: Molusca
Class
: Gastropoda
Famili : Potamididae
Genus:Telescopium
Spesies: Telescopium telescopium |
2
|
-
|
-
|
-
|
3
|
1
|
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Subclass : Pteriomorpha Order : Arcoida Family : Arcidae Genus : Anadara
Spesies : Anadara sp.
|
4
|
4
|
|
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Subclass : Pteriomorpha Order : Arcoida Family : Arcidae Genus : Anadara
Spesies : Anadara sp.
|
5
|
-
|
-
|
-
|
6
|
-
|
-
|
-
|
Pembahasan
Setelah
kami melakukan observasi ekosistem mangrove yang bertempat di Karangantu,
Banten. Didapatkan hasil parameter fisika yaitu suhu berkisar 29°C.
Pada plot 2 terdapat jenis mangrove yaitu Rhizophora apiculata dengan jumlah anakan ada 9
berdiameter 3,3 cm. Pada plot 2 tidak terdapat benthos. Klasifikasi
mangrove di plot 2 yaitu termasuk kingdom Plantae, divisi Magnoliopsida, ordo
Myrtales, famili Rhizophoraceae, genus Rhizophora, dan jenis termasuk jenis
spesies Rhizophora apiculata. Nama
lokal dari jenis mangrove tersebut adalah bakau minyak. Ciri morfologi Rhizophora apiculata yaitu bentuk pohon tree, akar tunjang, daun lancet, bunga terminal, buah silindris, bunga biasanya berkelompok
dua-dua, dengan daun mahkota gundul dan kekuningan, buah kecil, coklat,
panjangnya 2 – 3,5 cm.
KESIMPULAN
Dari praktikum lapangan ekosistem
mangrove dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan jenis dan keanekaragaman
mangrove antara bagian depan (dekat dengan perairan) dengan bagian belakang
atau dalam. Hal yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah dari adaptasi
terhadap gelombang dan pasang surut yang mempengaruhi jenis mangrove berbeda.
Jenis benthos yang didapatkan juga berbeda antara mangrove bagian depan maupun
belakang. Dalam praktikum ini parameter fisika dan parameter biologi yang
diamati dari ekosistem mangrove tersebut.
Dalam
praktikum kali ini disarankan agar pemilihan tempat praktikum ekosistem
mangrove memiliki keanekaragaman jenis mangrove yang banyak agar praktikan
mendapatkan wawasan yang lebih tentang keanekaragaman jenis mangrove.
DAFTAR
PUSTAKA
Eddy,
Syaiful. 2008. Pengelolaan
Potensi Hutan Mangrove Secara Berkelanjutan. Palembang. Jurusan
Biologi FMIPA Universitas PGRI Palembang.
Dahuri, Rokhim, Dr. Ir. H. M.S, dkk. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT.Pradnya Pramita.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Hachinoe,
dkk. 1998. Manual Persemaian Mangrove –
di Bali. Denpasar : PT. Indografika Utama.
Hendrasarie,
Novirina. 2001. Struktur Komunitas Bentos
di Kawasan Manggrove Pantai Situbondo. Jurnal Aksial, Majalah Teknik
Sipil Vo. 3 No. 3 Desember 2001 : 130-135.
Kusmana,
dkk. 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove ,
Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Nirarita,
dkk. 1996. Ekosistem Lahan Basah –
Indonesia. Bogor : Wetlands International-Indonesia Programme.
Nybakken
JW. 2001. Marine Biology: An Ecological
Approach. Pearson Benjamin Cummings.
Soedjarwo, L.1979. Pengukuran
Pohon. Gramedia. Bandung.
Tomlinson.
1986. The Botany of Mangrove. New
York : Cambridge University Press.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar